Oleh: Firdaus Nur Iman
www.indonesiafinancetoday.com
02 Sep 2013
MARKET TALKS
JAKARTA – PT Bursa Efek Indonesia menyatakan PT Logindo Samudramakmur akan melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offring/IPO) di semester II 2013. Hoesen, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, mengatakan perusahaan menargetkan perolehan dana IPO di atas Rp500 miliar.
Logindo Samudramakmur merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan atau jasa penyewaan kapal. Hingga saat ini, perseroan mengoperasikan beragam kapal seperti, Anchor Handling Tug dan Supply vessel, Platform Supply Vessel, Azimuth Stern Drive Tug, diving Support Vessel, Fast Crew Supply Vessel, Patrol Boat, Landing Craft, Tug Boat dan lainnya. Menurut Hoesen, manajemen Logindo sudah melakukan mini expose pekan lalu dan akan melepas saham ke publik sebesar 30 % dari modal disetor. “Perolehan dananya dari IPO, di bawah satu teriliun, di atas 500 miliar. Penjamin emisinya OSK Securities,” kata Hoesen.
Shiantaraga, Direktur Investment RHB OSK Securities, mengatakan IPO Logindo akan menggunakan buku Juni 2013 dan akan mencatatkan saham perdananya di papan perdagangan pada akhir tahun ini. “Dananya (perolehan IPO) masih kita hitung-hitung terus dan kita sekarang sedang mempersiapkan semuanya. Masih awal untuk dibicarakan,” ujar Shiantaraga.
Walau kondisi pasar sedang mengalami fluktuatif, Shiantaraga yakin saham Logindo akan disambut positif oleh para investor. “Kita masih tetap maju dan kita tetap lihat kondisi pasar, kita tawarkan saham yang murah, kalau volatilitas market tinggi,” ujar dia. PT Indomobil Multi Jasa, anak perusahaan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS), juga berencana mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia.
Tunda IPO
Sementara itu, Anak usaha PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA), yaitu PT Bumiraya Investindo perusahaan yang bergerak di sektor perkebunan lebih memilih untuk menunda pelaksanaan IPO. Stefanus Joko Mogoginta, Direktur Utama Tiga Pilar Sejahtera, mengatakan awalnya, IPO bakal dilaksanakan pada triwulan III tahun ini. Namun dengan volatilitas pasar saham yang tinggi, pihaknya lebih memilih menunda sambil menunggu iklim investasi yang lebih baik. Selain kondisi pasar, manajemen juga mempertimbangkan kondisi harga komoditas global yang belum sepenuhnya pulih. Meski harga komoditas belakangan ini mulai merangkak naik, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk mengeksekusi IPO.
Hingga hari ini, Joko juga belum bisa mengungkapkan berapa porsi saham yang bakal dilepas. Pihaknya, juga belum menunjuk sekuritas mana yang bakal menjadi underwriter IPO Bumiraya Investindo. “Intinya, kami tunggu hingga iklim investasi membaik,” kata Stefanus.
Tampaknya IPO ini memang tinggal menunggu masalah waktu. Pasalnya, opsi IPO diambil setelah manajemen menilai perhelatan IPO lebih menguntungkan dibanding divestasi Bumiraya Investindo.
Sjambirie Loe, Direktur Keuangan Tiga Pilar Sejahtera, mengatakan divestasi itu dilakukan apabila penanaman lahan sudah mencapai 34.000 hektare (ha). Perseroan juga bisa meraup dana US$ 340 juta dari hasil spin off. Ini dengan asumsi harga lahan US$ 10 juta per ha. “IPO lebih menguntungkan dibanding divestasi aset. Dengan IPO, AISA bisa mendapat kontribusi dalam jangka panjang. Bumiraya pun juga bisa meraih dana segar untuk aksi korporasi,” jelas Sjambirie.(*)